- REVIEW BUKU - POSTCRIPTION Karya ANTON TANJUNG

Judul : POSTCRIPTION

Penulis : Anton Tanjung

Penerbit : PT Elex Media Komputindo

Terbit : 2020

ISBN : 9786230019241

Jumlah Halaman: 216

 Bahasa : Indonesia

SINOPSIS

Perjalanan menjadi dokter ternyata nggak segampang yang gue bayangkan . Setelah menjalani perkuliahan yang cukup panjang, akhirnya gue menjadi sarjana kedokteran.

Hore? Enggak juga, karena status gue kemudian masih dokter muda yang harus menjalani koas ke rumah sakit A, B, C, D, sampai Z. Setelah melewati perjuangan hingga mati-matian, akhirnya gue menjadi dokter juga. Literally seorang dokter. Berjas putih dan selalu ngalungin stetoskop. Profesi yang selalu menjadi impian anak-anak TK saat ditanya sama guru.

Kamu mau jadi apa kalau sudah besar nanti?

Jadi dokter, Bu Guru.

Sekarang gue udah jadi dokter. Namun perjalanan gue sampai di titik ini itu lebih terjal dari perjalanan Ninja Hatori saat mendaki gunung melewati lembah hingga bertualang ke samudra.

----

    Penasaran dengan kehidupan dokter muda? Ternyata kehidupan dokter muda nggak semulus yang kita bayangkan, belajar, praktek, sat set sat set jadi dokter. Perlu berbagai tahapan yang perlu dituntaskannya. Pertama terlintas saat liat novel ini tuh “lucu” karena apa? Karena pak dokter menangis dikejar-kejar hal yang ‘mengerikan’ namun dibuat lucu oleh animasinya yang ternyata animasi tersebut menggambarkan bab-bab yang akan diceritakan di buku ini.

    Next aku akan bahas beberapa bab yang menjadi favoritku, so baca sampai akhir ya >.0

Bab 1 : SALAH ALAMAT

    Pada bab ini penulis menceritakan pengalamannya semasa masa orientasi universitas yang seperti kita ketahui bersama, ini adalah masa dimana seorang mahasiswa baru akan mencari teman atau relasi sebanyak-banyaknya. Tidak jarang karena terlalu banyak kenalan, kita tidak hafal dengan orang yang baru saja kita kenal. Apalagi lewat chat. Hal ini dialami penulis dan diceritakannya dengan lucu karena pengalamannya yang kocak. Penulis ingin kenalan dengan Nadira, tapi selalu salah orang yang mereka ini adalah satu sirkel antara lain Dini, Indah, Nadira, dan Ina.

    “Oi, Ren, salah orang. Bukan itu ceweknya. Yang gue maksud itu cewek yang satunya, itu putih abu-abu, bukan si putih bunga-bunga.” Halaman 16.

Bab 7 : SENYUMAN TERAKHIR UNTUK SANG ISTRI

    Sama sekali tidak disangka bakalan ada bab yang bikin aku nangis bombay dari buku ini. Pasalnya, penulis menceritakan hubungan suami istri yaitu Pak Karto dan Ibu Marni yang begitu harmonis dan begitu setia sampai di akhir hayat. Diceritakan Ibu Marni mengalami penyakit gula yang telah dideritanya selama dua puluh tahun. Dibalik penyakitnya yang begitu lama dideritanya, terdapat dukungan Pak Karto yang selalu setia menemani beliau. Hingga di suatu hari Pak Karto menceritakan istrinya yang begitu disayanginya kepada penulis tanpa sekalipun ada keluhan keluar dari indranya. Ini membuktikan bahwa cinta bisa mengalahkan segalanya bahkan walau dalam keadaan yang sulit pun, cinta terus bertumbuh dari pasangan ini. Disini penulis mendengarkan setiap cerita beliau hingga penulis menjadi orang yang cukup istimewa di hari beliau.

    “Saya rela melakukan apa pun demi kesembuhan istri saya, Dok, ambil saja organ yang saya punya untuk istri saya. Saya tidak apa-apa sakit, saya tidak siap ditinggal orang yang saya saying” halaman 107.

Bab  8 : JAGA MALAM RUSUH

    Di bab ini benar-benar digambarkan bagaimana kesulitan yang dihadapi penulis saat menjalani koas bersama teman-teman sekelompoknya. Muali dari pemeriksaan TTV, pemeriksaan bangsal yang berkali-kali, rectal tuse, dan RJP. Dengan kesulitan yang harus mereka jalani, mereka saling membantu dan bekerja sama walau memang dibuat emosi oleh beberapa orang.

    “Setelah itu gue paham kenapa Cuma koas cowok aja yang diminta jaga untuk RJP ini. Para koas cewek dilarang memberikan RJP karena teknik mereka kuang pas.” Halaman 129

KESIMPULAN

    Sudah kita ketahui dari beberapa cuplikan di atas, penulisan gaya bahasa yang digunakan penulis adalah bahasa kasual yang menggunakan Gue sebgai kata ganti dirinya. Kelebihan novel ini adalah penyampaiannya yang lugas, runtut, dan ekspresif sehingga pembaca dapat terbawa perasaan saat membacanya. Terdapat juga beberapa kata yang kurang awam yang dijelaskan dengan baik oleh penulis sehingga dapat dipahami dengan cukup baik. Selain itu di akhir tulisannya, penulis menjawab dan merangkum berbagai pertanyaan yang pernah ditanyakan lewat media sosialnya, dengan harapan jawaban tersebut dapat memotivasi pembaca yang lain.

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

- REVIEW BUKU – Petjah: Satu dari Seribu, Aku Mau Kamu Karya Oda Sekar Ayu

- REVIEW BUKU - Panduan Jarak Sosial di Tempat Kerja Sehari-hari Introver dan Kaum Mager karya Lucia Priandarini